Gerakan
Non-Blok (GNB) merupakan wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk
memperjuangkan cita-citanya dan untuk itu Indonesia senantiasa berusaha secara
konsisten dan aktif membantu berbagai upaya kearah pencapaian tujuan dan
prinsip-prinsip Gerakan Non-Blok. Hampir semua peserta KAA termasuk negara
Non-Blok, keduanya mempunyai keterkaitan yang erat. Negara-negara tersebut
berupaya agar tidak menjadi sasaran pengaruh dua blok kekuatan besar blok barat
(AS) dan blok timur (Uni Soviet). Saat itu, blok barat membentuk pakta
pertahanan yang dikenal dengan NATO (North Atlantic Treaty Organization).
Sementara blok timur membentuk Pakta Warsa.
Presiden
Soekarno (Indonesia)
Perdana
Menteri Pandit Jawaharlal Nehru (India)
Gamal
Abdul Nasser (Presiden Mesir)
Kwame
Nkrumah (Presiden Ghana), dan
Joseph
Broz Tito (Presiden Yugoslavia)
GNB
mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir
sebagai negara netral, yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Selain itu, diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kedua
mandat tersebut juga merupakan falsafah dasar GNB. Sesuai dengan politik luar
negeri yang bebas dan aktif, Indonesia memilih untuk menentukan jalannya
sendiri dalam upaya membantu tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan
dengan segala bangsa.
KTT
GNB pertama diselenggarakan di Beograd (Yugoslavia) tanggal 1-6 September 1961 yang
dihadiri oleh 25 kepala negara. KTT tersebutbertujuan untuk memperjuangkan
hasil keputusan konferensi dalam sidang umum PBB XIV yang bertepatan juga pada
tanggal tersebut dan menghasilkan tiga dokumen penting.
Pertama,
pernyataan tentang bahaya perang dan seruan untuk perdamaian.
Kedua,
deklarasi prinsip-prinsip non-blok bersama dengan 27 ketentuan persetujuan
tentang pemecahan masalah-masalah dunia waktu itu.
Ketiga,
surat bersama kepada Presiden Kennedy (AS) dan PM Kruschev (Uni Soviet).
Sebagai
perwujudan dari politik luar negeri yang bebas dan aktif, selain sebagai salah
satu negara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan memegang teguh
prinsip-prinsip dan aspirasi GNB. Sikap ini secara konsisten ditunjukkan Indonesia
dalam kiprahnya pada masa kepemimpinan Indonesia pada tahun 1992-1995.
Selama
tiga tahun dipimpin Indonesia, banyak kalangan menyebut GNB berhasil memainkan
peran penting dalam percaturan politik global. Lewat Jakarta Message, Indonesia
memberi warna baru pada gerakan ini dengan meletakkan titik berat kerja sama
pada pembangunan ekonomi. Akan tetapi, meskipun demikian, politik dan keamanan
negara-negara sekitar tetap menjadi perhatian. Dengan kontribusi positifnya
selama ini, Indonesia dipercaya untuk turut menyelesaikan berbagai konflik
regional, antara lain konflik berdarah di Kamboja, gerakan separatis
Moro di Filipina, dan sengketa di Laut Cina Selatan.
Meskipun sekarang Indonesia tidak lagi menjabat sebagai pimpinan GNB, namun tidak berarti bahwa penanganan oleh Indonesia terhadap berbagai permasalahan penting GNB akan berhenti atau mengendur. Sebagai anggota GNB, Indonesia akan tetap berupaya menyumbangkan peranannya untuk kemajuan GNB dimasa yang akan datang dengan mengoptimalkan pengalaman yang telah didapat selama menjadi Ketua GNB. Adanya GNB berpengaruh besar terhadap percaturan internasional dan diperhitungkan sebagai kekuatan baru di tengah ketegangan blok barat dan blok timur.
Meskipun sekarang Indonesia tidak lagi menjabat sebagai pimpinan GNB, namun tidak berarti bahwa penanganan oleh Indonesia terhadap berbagai permasalahan penting GNB akan berhenti atau mengendur. Sebagai anggota GNB, Indonesia akan tetap berupaya menyumbangkan peranannya untuk kemajuan GNB dimasa yang akan datang dengan mengoptimalkan pengalaman yang telah didapat selama menjadi Ketua GNB. Adanya GNB berpengaruh besar terhadap percaturan internasional dan diperhitungkan sebagai kekuatan baru di tengah ketegangan blok barat dan blok timur.
Sumber:
Moh. Rofii Adji Sayekti. 2007. Peranan Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam Percaturan Global. Klaten: Cempaka Putih.
Yusnawa Lubis dan Mohamad Sodeli. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XI. Jakarta: Kemdikbud.
Selamat Anda sudah selesai membaca keseluruhan materi PPKn kelas XI bab 4 tentang Dinamika Peran Indonesia dalam Perdamaian Dunial. Selanjutnya silahkan lakukan evaluasi (Ulangan Harian) sesuai arahan dari guru yang bersangkutan.
0 komentar:
Post a Comment
Bilaman ada gambar/foto/file dalam beberapa postingan yang juga terdapat pada alamat web lain adalah mutlak hak milik dari sumber utama yang bersangkutan. Silahkan tinggalkan komentar, kritik, dan saran yang membangun. Terimakasih...